"Organisasi itu musiman. Jadi, di manapun organisasi di dunia ini musiman. Makanya saya berharap, penyebutan nama ini murni tamsil. Jadi jama’ah di sini jangan salah paham saya memvonis atau menghukumi satu yang disebut sail (yang disebut penanya), sekali lagi karena organisasi itu musiman. Misalnya di Mesir adanya Ikhwanul Muslimin, kalau di Iraq bisa partai Bath. Di Indonesia, bisa golkar, HTI, bisa NU, makanya saya katakan organisasi itu musiman."
"Jadi tentang yang anda tanyakan itu, tentang niat ingin mempersatukan umat Islam sedunia. Saya pikir setiap umat islam, meskipun itu setiap Kiai pas tukaran lah (kiai yang sedang bertengkar) menyitir ayat al-Qur’an, “wa’tashimu bihablillahi jami’a wala tafarraqu, (dan berpegangteguhlah pada tali agama Allah dan janganlah berpecah-belah”.)
Dengan menggunakan ayat yang sama mereka mengajak umat Islam bersatu dan tidak berpecah-belah. Lucunya, ajakan tersebut mereka sampaikan dengan mengatasnamakan organisasi. Sementara keberadaan organisasi itu sendiri adalah bukti adanya perpecahan di antara umat.
Dengan kata lain, pengikut organisasi yang berkoar-koar mengajak umat Islam bersatu, padahal diri mereka sendiri adalah bukti perpecahan di antara umat Islam. Menurut Gus Baha’, jika orang-orang legowo, harusnya mereka tidak usah mendirikan organisasi baru. Tinggal bergabung saja dengan wadah yang sudah ada. Entah ikut NU atau Muhammadiyah. Sebab cita-citanya sama, yaitu menyatukan umat Islam.
“Dengan membuat organisasi sendiri, dengan nama sendiri, itu sudah menambah jumlah perpecahan,” terang Gus Baha’. Gambarannya begini. Kalau yang ada hanya NU dan Muhammadiyah, perpecahan di kalangan umat Islam Indonesia hanya dua kelompok. Tapi dengan mendirikan organisasi baru, maka perpecahan itu menjadi tiga. Semakin banyak pecahnya maka semakin sulit bersatunya.
Transkrip : izzuddin abdurrahim adnan
SELENGKAPNYA KLIK LINK DI BAWAH
0 komentar:
Posting Komentar